maxwin138
maxwin138
maxwin138

John Doe

If you want to make your dreams come true, the first thing you have to do is wake up.

Mary Taylor

You can have anything you want if you are willing to give up everything you have.

Desainer Mel Ahyar Berinisiatif Kembangkan Wastra Nusantara dalam Koleksi KULTULIBRASI

Posted by

Gedog Tuban yang merupakan batik tulis di atas kain tenun, statusnya cukup critically endangered sehingga Mel menyuguhkannya hampir secara ‘utuh’ sebagai bahan baku utama. Sedangkan ‘Mulang Tiuh’ mengambil craftsmanship tapis dan sulam usus Lampung di atas kain dan motif modern. Lain lagi Medan yang diangkat sebagai melting pot berbagai wastra khas Sumatera Utara seperti songket Melayu, Ulos Batak, dan lain-lain.

Sebagai pamungkas rangkaian koleksi, Mel Ahyar Fall/Winter 2023-2024 mencerminkan kejelian mata Mel Ahyar memotret fenomena dua dimensi dinamika budaya yang senantiasa berkonflik: dimensi horizontal yang merupakan sebagai medan pertemuan aspek teknologi, geografi hingga sosio-ekonomi, serta dimensi vertikal yaitu lintas-generasi (Baby Boomers, X, Y/Milenial dan Z). Siluet dalam koleksi ini dipengaruhi mode 1940-2000an.

Terlihat juga dari padu-padan aneka elemen details berbagai dekade dalam tiap piece nya serta kebaya dengan potongan volume yang tegas, geometris, dan asimetris Detail yang dipergunakanadalah detail bunga 3D dari mika, sulaman tangan, sulam usus, tapis, serta efek dari bunga yang diawetkan.

Lewat show ini, Mel Ahyar berinisiatif untuk mengembangkan wastra Nusantara sebagai sumber daya kreativitas terbarukan. Sebab Mel yakin budaya itu sifatnya harus dipelajari, tidak bred in the bone.

“Tidak ada generasi muda yang dari lahir sudah serta-merta langsung berbudaya. Kolaborasi menggunakan wastra tidak hanya untuk meregenerasi pengrajinnya, tapi juga meregenerasi customers dari brand Mel Ahyar,” ujar desainer yang masih aktif blusukan ke berbagai daerah untuk mempelajari ragam wastra ini.

Lebih lanjut lagi, CEO MMAC Arie Panca menambahkan, agar proses regenerasi ini berjalan mulus, dibutuhkan keterampilan tersendiri. “Budaya yang punah menurut kami adalah budaya yang gagal beregenerasi. Yang survive adalah yang berhasil menemukan titik keseimbangan dengan mengakomodasi aspirasi lintas generasi. Memang butuh kepekaan dalam mengenal wastra, mengolah, kemudian memodifikasinya secara respectful as a piece of art terhadap wastra itu sendiri, dan kejelian melihat momentum taste dan market masa kini,” ujar Arie Panca ditemui di sela-sela acara.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *